Review Buku Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito Ketua Umum (Terakhir) Partai Masyumi

Buku ini merupakan biografi seorang tokoh Partai Masyumi yang harus menghadapi pahitnya kenyataan bahwa partainya harus dibubarkan pada tahun 1960. Buku ini menceritakan perjalanan hidup Prawoto Mangkusasmito mulai dari latar belakang keluarga, rekam jejak pendidikan, karirnya di kancah perpolitikan Indonesia, hingga peran dan tanggungjawabnya untuk menghidupkan kembali Partai Masyumi. Selain itu, ada beberapa tulisan dari kerabat, sahabat, dan juga tokoh yang menjelaskan pemikiran serta kepribadian seorang Prawoto Mangkusasmito.

Prawoto Mangkusasmito merupakan aktivis sejak awal. Rekam jejak aktifitasnya di organisasi menghantarkan Prawoto bertemu dan berkenalan dengan  tokoh pergerakan lainnya. Hingga pada akhirnya, sejak awal pendirian Partai Masyumi Prawoto sudah menjadi bagian penting dari Pimpinan Pusat Partai Masyumi. Rekam jejak Prawoto dalam Partai Masyumi sangat konsisten hingga akhirnya ia terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Partai Masyumi pada Muktamar IX tahun 1959 di Yogyakarta.

Tidak ada yang menyangka, bahwa masa kepemimpinan Prawoto Mangkusasmito menjadi masa kepemimpinan yang terakhir di tubuh Partai Masyumi. Ia menjadi Ketua Umum terakhir Partai Masyumi karena Masyumi harus dibubarkan pada tahun 1960. Banyak hal yang menjadi penyebab bubarnya Partai Masyumi yang menurut Prawoto sendiri melalui suatu proses yang inkonstitusional.

Dengan kondisi partai yang tidak sedang baik-baik saja, buku ini menjelaskan perjuangan Prawoto dalam mempertahankan Partai Masyumi. Hal ini ia lakukan sebagai tanggung jawabnya selaku Ketua Umum Partai Masyumi. Pasca pembubaran Partai Masyumi, Prawoto langsung melakukan proses hukum yang berlaku untuk menggugat pemerintah pada waktu itu. Akan tetapi tetap sama, Partai Masyumi tidak dapat hidup dan mewarnai perpolitikan Indonesia kembali.

Tidak sampai disana, perjuangan Prawoto dalam mempertahankan keberadaan Partai Masyumi terus dilakukan ketika Orde Baru berlangsung. Bersama tokoh lainnya ia berusaha untuk menghidupkan kembali Partai Masyumi. Namun tetap saja berakhir dengan tangan hampa, Pemerintah Orde Baru tidak menghendaki Partai Masyumi kembali berdiri.