Uang receh (sebuah esensi)

Setelah Lulus SMA Dan melepas identitas sebagai Pelajar, kini aku mempunyai identitas baru, mahasiswa. Melanjutkan studi di Kota Solo tepatnya di Universitas Sebelas Maret, saya pun menjadi anak kos. Sebagai orang Jakarta yang merantau ke Solo. Kembali menjadi anak perantauan adalah suatu hal yang barangkali sudah biasa saya rasakan, karena sebelum menjadi anak perantauan di Kota Solo, saya sudah lebih dulu enam tahun merantau di Kabupaten Garut. SMP dan SMA saya habiskan di Garut selama enam tahun. Tepatnya, SMP dan SMA saya di Pesantren, Oleh karena itu yang saya rasakan tidak ada beda nya tinggal di asrama maupun tinggal di kosan, sama sama menjadi anak perantauan yang jauh dari sanak dan keluarga. Yang saya ingin bagi dan sharing disini bukanlah kisah keseharian saya menjadi anak perantauan, melainkan saya ingin berbagi tentang Pelajaran yang saya temukan dari pengalaman menjadi anak perantauan.

Ada satu hal yang saya temukan Dan saya jadikan Pelajaran Hidup semenjak saya menjadi anak kos, dan ini tidak saya temukan ketika saya tinggal di pesantren atau asrama. Semenjak menjadi anak kos, saya jadi rajin menabung uang receh dari sisa uang kembalian yang saya gunakan untuk kebutuhan sehari - hari. Dan kebiasaan ini tidak saya temukan ketika saya studi di pesantren, mungkin karena waktu di pesantren biaya bulanan sekolah sudah termasuk uang makan tiga kali sehari, dan uang jajan bulanan yang dikasih orang tua murni untuk jajan tambahan. Berbeda dengan anak kos, uang semester belum dengan uang makan, uang bayaran kos pun belum dengan uang makan, jadi uang jajan bulanan itu mutlak untuk kebutuhan sehari - hari seperti makan, foto copy, beli buku, dan biaya tidak terduga lainnya. Dari sana, entah mengapa saya jadi ingin mengumpulkan uang receh dari sisa uang kembalian.

Sebelumnya Saya tidak pernah berfikir untuk apa saya kumpulkan uang receh, dan saya benar - benar paham apa arti uang receh itu sebenarnya sekarang. Bahwa dalam konteks anak kos atau anak perantauan, akan ada masa dimana kita berada dalam masa sulit, akan ada masa dimana kita kehabisan uang, dan yang lain sebagainya. Akhirnya, yang saya rasakan dalam masa sulit itu, masih ada Jalan yaitu uang receh. Dari sana saya berfikir, uang receh mungkin dianggap sebagai uang cuma cuma, uang receh memang uang yang kurang diperhatikan Oleh banyak orang, uang receh memang uang yang kurang berharga bagi banyak orang, tapi uang receh bisa menyadarkan kita bahwa dengan sesuatu yang dianggap sebelah mata, sebenarnya disana terdapat manfaat yang luar biasa. Ini mungkin yang kerapkali kurang kita perhatikan dalam kehidupan sehari - hari.

Tidak hanya dalam konteks anak kos, dalam konteks kehidupan sehari - hari Pelajaran diatas mungkin bisa menyadarkan kita bahwa masih banyak hal - hal kecil dalam keseharian kita yang kurang kita perhatikan, padahal hal kecil itu adalah hal yang mempunyai manfaat besar. Mungkin kita masih sering menyepelekan hal sederhana yang kita anggap remeh, padahal besar maknanya.

Intinya adalah jangan pernah menyepelekan sesuatu hal sekecil apapun itu, dan selalu perhatikan apapun yang terjadi. Mulailah dari hal hal kecil dan buatlah hal kecil itu menjadi sesuatu yang besar yang sangat memberikan manfaat bagi banyak orang. Barangkali kita masih kurang memperhatikan hal yang terlihat kecil dan sepele, padahal besar manfaatnya di kemudian hari, karena hari ini, terkadang penampilan kerapkali membohongi. Selalu perhatikan apa yang menjadi esensi dari suatu hal daripada apa yang hanya menjadi kulit luar bekaka. Mulai hari ini, mulailah untuk selalu memperhatikan segala hal apapun itu.

Comments