Sebuah Refleksi

            Ilmu sejarah adalah ilmu yang ditakuti oleh pemerintahan, karena itu sejarah banyak dibelokkan dan didistorsikan. Bila kita tarik sejarah pada zaman dahulu yaitu zaman Yunani, orang yang paling pertama dicari untuk dibunuh adalah Sejarawa, kedua Sastrawan, ketiga adalah Pelukis. Mengapa ini semua bisa terjadi ? karena orang-orang pemerintahan atau para politikus takut kedzaliman yang mereka lakukan ketika sedang berkuasa diungkap oleh Sejarawan, Sastrawan, juga Pelukis. Sejarah, sastra, dan lukisan adalah pengkritik pemerintah. Sejarah mengungkap peristiwa yang dibelokkan dan didistorsikan secara jujur, sastrawan mengkritik pemerintah dengan tulisan-tulisannya yang berupa puisi, novel, dan tulisan lainnya, dan pelukis dengan imajinasi yang tinggi menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi dari sebuah tulisan sejarah.
            Saya masih mempertanyakan tentang sastrawan, budayawan, dan sejarawan. Mereka adalah orang yang dihormati dan didengar suaranya oleh rakyat banyak juga diperhitungkan oleh para politikus, mereka adalah orang yang dijadikan panutan oleh para politikus, tetapi mengapa mereka tidak terjun langsung sebagai aktor politik dan mengurusi masalah Negara, inilah yang saya rasakan di Indonesia. Kita tahu Cak Nun sebagai kiyai sekaligus budayawan yang suara nya didengar oleh rakyat banyak dan didengar oleh para politikus, tapi dia belum pernah terjun langsung untuk mengurusi masalah Negara. Juga kita kenal Ahmad Syafii Ma’arif, dia seorang sejarawan yang dikenal oleh rakyat juga para politikus, tapi dia belum pernah terjun langsung untuk mengurusi masalah Negara. Apakah memang sudah seharusnya tugas mereka sebagai penyeimbang pemerintah dan pengkritik pemerintah ? Entahlah, yang jelas mereka tokoh yang didengar oleh rakyat banyak. Saya juga akan memberi contoh sastrawan dalam bidang puisi seperti Wiji Thukul, dia adalah sastrawan yang sangat ditakuti oleh pemerintah Orde Baru. Dengan puisinya yang selalu membuat semangat rakyat kecil bergelora ia harus rela ditangkap, dibuang, dan diasingkan. Wiji Thukul selalu mengkritik pemerintah dengan puisinya juga ikut melakukan aksi dengan para rakyat kecil, dan sampai sekarang ia belum diketahui keberadaannya.

            Sangat jelas bahwa sejarawan, sastrawan, dan pelukis adalah profesi yang sangat ditakuti oleh pemerintah dan para politikus. Artinya sejarah, sastra, dan lukisan juga sangat berhubungan dengan politik dan pemerintahan. Hari ini mereka yang belajar sejarah, sastra, juga lukisan selalu dipandang sebelah mata dan dianggap tidak penting. Sebuah refleksi bahwa sejarah, sastra, dan lukisan adalah bagian penting dari sebuah peradaban suatu Bangsa dan Negara. 

Comments