Sumber: Instagram @nkcthi |
Sejak pertama kali rilis pada Januari 2020 saya antusias segera ikut meramaikan film yang diadaptasi dari novel ini. Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini tak cukup kesulitan untuk mencari penontonnya. Sebab film ini begitu memanfaatkan media sosial untuk sekilas membagikan kegiatannya selama proses produsksi. Hal itu setidaknya saya ketahui juga melalui akun media sosial sang sutradara Angga Dwimas Sasongko. Brandingnya pun tak kurang-kurang, film yang sering dikenal dengan singkatan NKCTHI ini telah mendapatkan penikmatnya sejak novelnya diterbitkan.
Film
NKCTHI secara resmi dirilis pada 2 Januari 2020, beberapa bulan sebelum kasus
pertama Covid-19 terjadi. Novelnya sendiri terbit dan pertama kali masuk proses
penjualan pada 27 Oktober 2018. Dalam salah satu situs populer dikatakan Novel
NKCTHI sukses menarik minat para pembaca hingga mencapai angka 30 ribu
eksemplar penjualan selama satu bulan. Hingga tujuh bulan penjualan, yaitu Mei
2019, Novel NKCTHI sudah terjual 100 ribu eksemplar. Sebelumnya, penjualan juga
dilakukan dengan pre-order, dengan 3 kali pre-order, novel berhasil terjual
sebanyak 5500 eksemplar.
Novel
karya Marchella FP ini tidak berbentuk suatu cerita utuh dengan alur, peran,
dialog dan ciri lainnya seperti novel-novel pada umumnya. Isi cerita Novel
NKCTHI dibuat dengan penggalan kalimat puitis (quotes) yang menggambarkan isi
hati dan pengalaman hidup seseorang. Tiap kalimat pun tidak mesti semuanya
berkaitan satu sama lain. Tulisannya dibentuk dengan font unik yang ingin
menampilkan kesan ringan pada para pembacanya. Gambar sederhana yang seolah
dibuat manual hasil coretan tangan menggunakan crayon atau pensil warna juga
menambah kesan ringan pada novel tersebut.
Novel
bercerita tentang seorang perempuan berumur 27 tahun yang bernama Awan.
Diceritakan ia seolah sedang bercerita kepada anaknya tentang perjalanan
hidupnya. Cerita tersebut ditampilkan melalui kalimat-kalimat puitis, yang
dibagi kedalam empat bagian berdasarkan orientasi waktu dalam sehari, yaitu
pagi, siang, sore, dan malam. Isi novel kemudian dikembangkan menjadi sebuah
skenario film dengan judul yang sama seperti novelnya. Jenny Jusuf, seorang
penulis naskah skenario film Filosofi Kopi dan Critical Eleven terlibat sebagai
salah satu penulisnya.
Film produksi Visinema Pictures ini dibintangi banyak aktor sebagai pemeran utamanya. Sebab film ini dibuat dengan alur cerita maju mundur. Aktor-aktor tersebut diantaranya adalah Rio Dewanto sebagai Angkasa dewasa, Rachel Amanda sebagai Awan dewasa, dan Sheila Dara Aisha sebagai Aurora dewasa. Kemudian Donny Damara, Oka Antara dan Susan Bachtiar serta Niken Anjani sebagai orang tua ketiganya, dan aktor-aktor lainnya. Mereka diperankan sebagai sebuah keluarga yang menyimpan rasa kehilangan mendalam dan dipendam selama bertahun-tahun.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Terbukti
bukan hanya novelnya yang sukses, jejak kesuksesan juga diikuti oleh filmnya.
Berdasarkan data dalam satu situs, pada hari pertama penanyangan di 261 layar,
NKCTHI telah ditonton oleh sekitar 118 ribu penonton. Atas pencapaian tersebut,
jumlah penayangan NKCTHI ditambah menjadi 500 layar. Hingga seminggu
penayangan, penonton NKCTHI menembus angka satu juta penonton. Kemudian genap
di hari ke dua puluh, NKCTHI telah ditonton oleh dua juta penonton. Terhitung
NKCTHI merupakan film terlaris kedua tahun 2020 setelah Milea Suara dari Dilan
yang menyentuh angka tiga juta penonton.
Tak
Kurangnya Perhatian Kepada Si Bungsu
Awan
(diperankan oleh Rachel Amanda), merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara.
Diusia kerjanya, ia mendapat kesempatan kerja kontrak di satu perusahaan jasa
desain arsitektur milik idolanya (Anton, seorang arsitektur yang diperankan
oleh Cicco Jericho) yang merupakan bosnya sendiri. Awan memiliki kepercayaan
diri yang tinggi atas kemampuan dirinya. Yang tak lepas dari pencapaiannya sebagai
lulusan terbaik di almamater yang sama dengan bosnya.
Kepercayaan
diri itu menyatu dengan ambisinya yang ingin tampil menjadi yang terbaik
diantara yang lainnya, yang kini berada di dunia kerja. Karakter ini sangat
mungkin telah melekat pada dirinya sejak keberhasilannya menjadi lulusan
terbaik. Awan sangat yakin kehadirannya dalam tim kerja kontraknya akan sukses
membawa ia dan dua teman lainnya berhasil diterima sebagai pegawai tetap. Namun
sifatnya itu seringkali membuat Awan berbeda pendapat dengan atasannya soal
desain proyek yang sedang dikerjakan.
Satu hari Awan mendapat tugas dadakan yang dipesan langsung oleh Pak Anton (bosnya). Tugas tersebut membuat dirinya tertantang untuk mengerjakannya sebaik mungkin. Keinginannya tersebut membuatnya melewatkan momen kebersamaan keluarga yang sedang merayakan peringatan hari pernikahan kedua orang tuanya. Ia berharap dapat menghasilkan karya desain terbaik pesanan bos.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Namun
usaha dari kepercayaan diri dan keyakinan Awan itu dihantam oleh kenyataan
bahwa dirinya tidak bisa lanjut bekerja sebagai pegawai tetap. Hasil desain
pesanan dadakannya dinilai tidak sesuai dengan permintaan pemesan. Sehingga ia
kembali beradu pendapat dengan atasannya. Akibat kegaduhan karena adu pendapat
tersebut, Awan dipanggil ke kantor bosnya, Anton. Ia dinilai sebagai orang yang
tidak memiliki kemampuan bekerja sebagai tim. Ambisi atas kemampuan individunya
seakan membuatnya ingin bersinar sendiri. Hal tersebut dikhawatirkan menghambat
ritme kerja perusahaan yang membutuhkan kinerja tim.
Awan
seakan kehilangan harapan untuk menapaki jenjang karir sebagai seorang
arsitektur professional. Disini ia cukup terpukul dengan keadaan itu. Mendapati
kegagalan dirinya ditengah kepercayaan diri dan ambisi sekaligus dukungan yang
nyaris tiada hingga. Namun, kehilangan dan rasa terpukul yang dirasakan Awan,
baru hanya sebagian kecil dari rasa kehilangan dalam dirinya. Awan memiliki
kehilangan yang lebih dalam dan lebih besar dari itu, ia kehilangan kebebasan
diri untuk menentukan pilihan.
Awan
sebenarnya memiliki saudara kembar. Namun saudara kembarnya tersebut meninggal
ketika proses melahirkan. Rasa kehilangan yang dirasakan oleh ayahnya (yang
diperankan oleh Donny Damara dan Oka Antara) dilampiaskan kepada seluruh
anggota keluarga. Sejak kecil Awan mendapatkan perhatian yang begitu luar
biasa, dari ayah, ibu, maupun kakak-kakaknya. Mereka (khususnya ayahnya),
melakukan itu semua untuk menutupi rasa sedih atas kehilangan saudara kembar
Awan dan menutupi rasa takut akan kehilangan Awan itu sendiri. Disinilah letak
dimana Awan kehilangan kebebasan diri untuk menentukan pilihan.
Tanggung
Jawab dan Beban Anak Sulung
Anak
sulung itu bernama Angkasa (diperankan oleh Rio Dewanto). Ia bekerja menjadi
salah seorang crew event industri musik. Sejak kecil Angkasa telah ditanamkan
beban dan tanggung jawab oleh sang ayah untuk menjaga kedua adiknya. Tentu
saja, hal ini tidak lepas dari rasa takut akan kehilangan Awan. Rasa takut itu
telah diwariskan bertahun-tahun lamanya sejak Angkasa masih kanak-kanak.
Beban dan tanggung jawab yang ditanamkan kepada anak tertua sebetulnya wajar saja dilakukan. Bahkan tanpa penanaman yang ketat sekalipun, kesadaran untuk tanggung jawab terhadap keluarga akan timbul dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia dan berkembanganya tingkat kedewasaan. Secara naluriah kesadaran tersebut akan muncul pada usia dan tahap perkembangan tertentu.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Namun
apa yang digambarkan dalam film ini berbeda. Kesadaran tanggung jawab yang
seharusnya muncul secara naluriah berubah menjadi paksaan. Sebab kesadaran
tersebut bermula dari proses yang tidak alami yang tidak seharusnya dilakukan
dengan penuh tekanan kepada anak usia kecil. Akibatnya Angkasa harus kehilangan
masa kecil seperti anak seusianya. Potret ini sangat banyak terjadi khususnya
mungkin di Indonesia, yang secara umum didominasi oleh dorongan ekonomi, dan
sebagian lain diakibatkan oleh hubungan keluarga yang tidak harmonis.
Angkasa
sendiri di usia dewasanya tumbuh menjadi seorang kakak pada umumnya. Terdapat
rasa tulus untuk memberi perhatian pada adik serta keluarganya. Namun terkadang
rasa tulus itu harus bercampur dengan tekanan sang ayah yang masih tidak
berubah sejak ia kecil. Terkadang muncul rasa dilema dalam dirinya tentang apa
yang sebenarnya ia rasakan. Manakah yang lebih dominan antara tanggung jawab
tulus dengan tanggung jawab yang membebankan.
Kehilangan
masa kecil mungkin saja merupakan setitik dari rasa kehilangan yang lebih besar
lagi. Angkasa memiliki rasa kehilangan yang sama dengan Awan. Ia kehilangan
kebebasan diri menentukan pilihan dan rencana hidupnya. Tak sedikit hal
tersebut mengganggu hubungan dirinya dengan sang kekasih, yang mulai bertanya
tentang keseriusan dan masa depan keduanya membangun rumah tangga.
Sunyi
Sepi Anak Tengah
Tak
ada yang lebih menyedihkan dibanding anak tengah yang merasakan kesepian
mendalam. Aurora (diperankan oleh Sheila Dara Aisha) si anak tengah yang begitu
luput dari perhatian. Perhatian terhadap awan memang mencuri sebagian besar
perhatian sang ayah kepada dua anak lainnya. Jika Angkasa dan Awan merasakan
kehilangan yang sama, lain halnya dengan Aurora, yang merasakan kehilangan
kehadiran keluarga ditengah perjuangannya mewujudkan masa depan.
Tak
ada yang lebih mengerti tentang keinginan dan dunianya selain dirinya sendiri.
Bahkan kedua orang tuanya sekalipun tidak benar-benar memahami dunianya.
Seringkali hal ini berdampak pada kepercayaan diri Aurora bukan hanya dihadapan
orang lain, tetapi juga dihadapan kedua orang tuanya sendiri. Aurora harus
menutupi rasa sedihnya ketika studio seninya disebut “bengkel” oleh sang ibu
dan beberapa kali harus menyembunyikan rancangan karyanya yang akan dipamerkan
pada pameran tunggal pertamanya.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Aurora
sempat mengalami kehilangan kesempatan untuk berprestasi di dunia olahraga
renang. Kehilangan kesempatannya berprestasi tersebut membuatnya kehilangan
pula kesempatan untuk merintis karir menjadi atlet renang professional.
Ditengah pencapaiannya meraih waktu tercepat saat latihan, tiba-tiba cedera
kaki harus membuatnya ikhlas melepas kesempatannya meraih gelar. Cedera serius
yang dialaminya ternyata juga mengharuskan dirinya berhenti menekuni minatnya
pada olahraga renang.
Dalam
kesendiriannya, Aurora sebenarnya sangat ingin diakui keberadaannya ditengah
keluarga. Sesederhana dunianya dapat dipahami sebagaimana ia sangat
menenukinya. Kejadian yang hampir sama dengan yang dialami saat menenuki
olahraga renang, sempat terjadi di pameran tunggalnya. Di momen sepenting itu
pun kesempatannya untuk merealisasikan pameran sebaik mungkin sempat dibuat
kacau oleh keluarganya sendiri.
Bagi
saya sendiri, tidak ada adegan yang paling mengaduk sisi emosional selain
adegan-adegan kesepian Aurora. Walaupun adegan-adegan Aurora terhitung adegan
yang paling sedikit, tetapi penggambaran sosok Aurora barangkali mewakili lebih
banyak penonton dibanding sosok Angkasa dan Awan. Puncak kesepiannya ia
lampiaskan dengan niatannya melanjutkan studi ke Inggris, hanya untuk menjadi
alasan agar ia bisa keluar dari rumah.
Pengorbanan
Sang Ayah dan Peran Ibu Mengembalikan Keharmonisan Hubungan
Yang unik dari pengakhiran cerita
dan menurut saya bagian dari plot-twist nya film ini adalah ditampilkannya
sudut pandang lain dari sang ayah. Mungkin saja hal ini juga merupakan bagian
dari keinginan “film” untuk mengakhiri cerita dengan happy ending. Mereka
menampilkan cuplikan-cuplikan adegan yang memperlihatkan rasa sayang sang ayah
yang sama besarnya kepada ketiga anaknya. Hanya saja rasa sayang tersebut
terlihat tidak berimbang karena tertutup kesedihan dan kecemasan mendalam yang
dialami sang ayah.
Bagi saya sendiri, bagian adegan ini
merupakan bagian yang tak kalah emosional setelah adegan-adegan dari sosok
Aurora. Sikap sang ayah yang menutupi rasa sedih dan cemasnys, bagi sang ibu
merupakan pengorbanan terbesar bagi keluarga, walaupun juga berakibat pada
ketidakharmonisan hubungan diantara mereka. Bagaimanapun sang ibu sangat
menghormati pengorbanan tersebut. Maka sang ibu lah yang menjadi sosok penting
mengembalikan kepercayaan anak-anaknya kepada sang ayah.
Sehingga keluarga itu mampu mengembalikan
keharmonisan hubungan. Film ditutup
dengan narasi cerita Awan yang melanjutkan karirnya dalam bidang yang sama
dengan Angkasa. Kemudian Angkasa sendiri sudah meniti masa depan sendiri
bersama sang kekasih yang sudah menjadi istrinya. Aurora yang dilepas keluarga
terbang ke Inggris untuk melanjutkan studi. Dan terakhir, sang ibu yang sudah
semakin berdamai dengan masa lalunya.
Gelombang
Arus Populer Isu Kesehatan Mental di Indonesia
Kesehatan mental tampil dengan
bentuknya yang lebih populer di Indonesia setidaknya satu dekade belakangan
ini. Ia tampil melalui produk sastra dan seni yang menyentuh lapisan anak muda
kelas menengah kota. Proses ini juga dibantu dengan dukungan kemudahan akses
digital, melalui kanal penyebaran video dan akun-akun media sosial yang
mengemas permasalahan kesehatan mental dengan bentuk yang ringan. Film NKCTHI
ini termasuk salah satu contohnya, yang merupakan bagian dari kemunculan arus
populer isu kesehatan mental tersebut.
10
Oktober 1992 diperingati sebagai World Mental Health Day atau Hari Kesehatan
Mental Sedunia. Ditetapkannya hari peringatan khusus ini menambah dukungan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental sebagai bagian dari keseimbangan
kesehatan manusia. Langkah tersebut diinisiasi oleh World Federation for Mental
Health (WFMH) atau Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental, yang dibentuk sejak
tahun 1948 oleh para psikiater yang salah satunya adalah pemangku kebijakan WHO
saat itu yaitu George Brock Chisholm.
Mengutip
dari laman resminya, WFMH bertujuan untuk meningkatkan kesadaran semua kalangan
tentang pencegahan gangguan mental dan emosional, memberikan pengobatan dan
perawatan yang tepat bagi orang-orang yang mengalaminya, serta mempromosikan
kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. WFMH menjadi tonggak awal perhatian
serius masyarakat dunia terhadap kesehatan mental yang dimulai dengan
upaya-upaya pelembagaan.
Kesehatan mental sendiri dalam
definisinya menurut WHO adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
dari kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan,
serta berperan aktif di komunitasnya. Maka kesehatan mental ini mencakup konteks medis yaitu mental dan emosional
serta konteks sosial sebagai suatu isu atau fenomena yang hidup dalam
masyarakat.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Dari beberapa penjelasan singkat
diatas, bahwa sebelum menemukan bentuknya yang populer baru-baru ini, upaya
menggiatkan perhatian serius terhadap kesehatan mental telah berlangsung lama.
Hanya saja keberlangsungannya terbatas pada kalangan tertentu dan atau antar
lembaga terkait. Pendampingan, pengobatan, dan perawatan pun dilakukan
berdasarkan pakem tertentu yang diatur dalam dunia medis baik psikologi maupun
kedokteran. Maka isu dan fenomenanya memang tidak nampak di permukaan dalam
porsi perbincangan yang luas.
Baru kini, khususnya di Indonesia,
kesehatan mental muncul sebagai isu yang semakin populer sekaligus menemukan
bentuknya yang lebih populer dari sebelumnya. Kesehatan mental semakin banyak
dibahas dengan lebih terbuka menyentuh berbagai kalangan, khususnya anak muda
kelas menengah perkotaan. Deteksi gangguan kesehatan mental juga ditangkap
dengan lebih dini dalam hal-hal yang sebelumnya dianggap sederhana, dan cara
penyembuhan atau pemulihannya menjadi kian beragam diluar pakem-pakem yang
sebelumnya diatur dalam dunia medis. Kesehatan mental dalam bentuknya yang
lebih populer ini banyak membantu mempromosikan pentingnya kesadaran kesehatan
mental.
Gelombang arus populer isu kesehatan
mental diwakili atau direpresentasikan oleh karya sastra, seni, kanal
penyebaran video, dan akun-akun media sosial. Yang kesemuanya itu merupakan
produk dengan anak muda sebagai penikmat sekaligus pengguna terbanyak. Kunto
Aji dengan Albumnya Mantra Mantra menjadi penanda awal kesehatan mental menjadi
inspirasi dalam menciptakan karya musik. Daftar lagu dalam album ini diciptakan
dengan musik dan lirik yang menggambarkan fenomena kesehatan mental sekaligus
cocok menjadi sarana penyembuhannya.
Dalam beberapa kesempatan wawancaranya Kunto
Aji memang secara jelas mengangkat tema kesehatan mental dalam lagu-lagunya.
Pengalaman-pengalaman pribadi ketika berhadapan dengan masalah berat dan sedang
berada di titik terendah menjadi inspirasinya menciptakan buah karya yang
dirilis tahun 2018 tersebut. Berbagai media serta publik secara langsung
mengapresiasi karya tersebut, sekaligus mengakuinya sebagai karya yang mewakili
banyak orang.
Setelah Kunto Aji, tema-tema
kesehatan mental dalam beragam karya dan platform lebih banyak bermunculan.
Pada tahun yang sama Novel NKCTHI secara resmi masuk dalam proses penjualan.
Pada tahun yang sama pula bahkan dengan tanggal yang lebih dulu dari album
Mantra Mantra, akun Menjadi Manusia pertama kali mengunggah videonya dalam
kanal penyebaran video, dan beberapa bulan setelahnya mengunggah postingan
pertama dalam akun instagramnya.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Satu tahun berikutnya, tahun 2019,
grup band Hindia merilis albumnya Menari dengan Bayangan. Sang vokalis Baskara
Putra yang juga merupakan vokalis grup band Feast, mengaku terinspirasi dari
karya Mantra Mantra Kunto Aji dalam menuliskan lirik-lirik lagunya serta proses
kreatif pembuatan musiknya. Sebelumnya di tanggal yang lebih dulu, grup band Barasuara
merilis Albumnya Pikiran dan Perjalanan. Kemudian pada tahun 2020, NKCTHI dalam
bentuk film resmi dirilis. Urutan kemunculan inilah yang saya tangkap merupakan
konteks dari Film NKCTHI.
Produk seni yang rilis beberapa
tahun sebelum tahun 2018, khususnya musik, juga masuk dalam arus karya musik
yang beririsan dengan tema kesehatan mental. Walaupun belum secara tegas diakui
sepenuhnya membawa isu tersebut, namun lagu-lagunya yang menyentil aspek sosial
dan politik sebenarnya bersentuhan dengan isu kesehatan mental. Misalnya saja
karya-karya dari Efek Rumah Kaca, Feast, Banda Neira, Sisir Tanah, dan karya
lainnya, yang merefleksikan dampak kesehatan mental melalui kritik terhadap
fenomena sosial dan politik. Banyak orang yang merasa terwakili oleh karya-karya
mereka. Era tersebut sekaligus menjadi warna baru dalam perkembangan musik
Indonesia di tahun 2010-an, yang banyak dibantu dengan kemudahan platform
digital.
Gelombang isu kesadaran terhadap
pentingnya kesehatan mental dalam bentuk yang lebih populer ini banyak
menemukan kesesuaiannya dalam kehidupan anak muda kelas menengah kota. Walaupun
tak menutup kemungkinan menemukan kesesuaiannya pula dengan kelompok masyarakat
lain, urbanitas atau corak kehidupan masyarakat kota memang memungkinkan seseorang
lebih rentan memiliki gangguan kesehatan mental. Dan anak muda di kalangan
kelas menengah merupakan lapisan kota yang paling terdampak.
Saya akan mencoba menguraikannya
dengan sederhana. Pertama, masyarakat kota dengan kepadatan penduduknya
membentuk kelompok masyarakat yang kompetitif, dalam berbagai aspek seperti
karir, pekerjaan, ekonomi, lapisan sosial, atau aspek lainnya. Lingkungan
masyarakat tersebut mengakibatkan timbulnya rasa cemas akan kegagalan dan
kekalahan, yang mempengaruhi cara kerja otak dan suasana hati. Kedua, anak muda
dengan kelincahannya memainkan media sosial sangat mudah terpengaruh oleh
atensi diri akibat kecepatan penyebaran informasi. Media sosial menjadi tempat
untuk menampilkan pencapaian-pencapaian hidup seseorang dihadapan orang lain.
Yang seringkali tidak luput dari rasa sombong dan ingin diakui. Ketiga, lapisan
kelas menengah merupakan lapisan masyarakat yang paling banyak mengisi
kehidupan kota.
Gangguan
kesehatan mental sendiri disebabkan oleh perasaan sedih yang mendalam atau
perasaan takut yang mendalam akan kehilangan. Kehilangan kebahagiaan,
kehilangan waktu atau quality time, kehilangan hubungan yang harmonis,
kehilangan seseorang yang begitu berharga, rasa sepi karena keterasingan,
kehilangan kesempatan, kehilangan pekerjaan, kehilangan orientasi hidup dan
masa depan seakan tidak mengenal dirinya sendiri, dan penyebab-penyebab
lainnya, yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menerima keadaan yang
dihadapinya. Perasaan ini sangat sulit dihilangkan, berlarut-larut, dan seakan
tiada berujung.
Potret ini banyak sekali ditampilkan
dalam cuplikan-cuplikan adegan Film NKCTHI. Berawal dari ayah dan ibu, yang
merasakan kesedihan mendalam karena kehilangan saudara kembar Awan di hari
kelahirannya. Rasa sedih itu menyebabkan ketakutan yang mendalam pula akan
kehilangan Awan. Sang ayah berusaha menutupi rasa sedih dan takutnya dengan
melampiaskan sebagian besar perhatiannya pada Awan. Lain halnya dengan sang
ayah, rasa sedih, takut, sekaligus ketidakterimaan akan keadaan sang ibu
ditampilkan dengan peran yang lebih banyak diam, irit bicara, dan banyak
termenung sendiri. Adegan-adegan ini sudah mewakili kondisi seseorang yang
terkena gangguan kesehatan mental.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Keluarga mereka merupakan keluarga
kelas menengah kota, keluarga yang memiliki kecukupan ekonomi. Namun
bertahun-tahun keluarga ini kehilangan hubungan yang harmonis. Tiga orang anak
memiliki pengalaman batinnya masing-masing yang mempengaruhi diri mereka ketika
beranjak dewasa atau rentang usia anak muda. Awan mencoba mengobati rasa
sedihnya karena kehilangan kesempatan untuk berkarir sebagai arsitek
professional di perusahaan miliki idolanya dengan sejenak menghibur diri,
menyaksikan konser musik tempat Angkasa bekerja. Perlahan ia mulai menunjukkan
kehendaknya sendiri atas pilihan hidupnya setelah bertemu orang yang membuatnya
dapat berdamai dengan rasa sedihnya.
Angkasa mencoba ikhlas memikul beban
keterpaksaan karena tekanan ayahnya yang ditanamkan sejak kecil, disamping rasa
cemas yang terus menghantuinya tentang ketidakpastian masa depan dirinya dengan
sang kekasih. Namun luapan emosi pada waktunya tak dapat lagi ditahan, membuat
dirinya terpaksa membuka luka lama yang bertahun-tahun coba ditutupi kedua
orang tuanya. Angkasa pun terpaksa keluar dari rumah menampung hidupnya di
kantor tempat ia bekerja.
Kemudian
Aurora, mencoba bertahan sekuat mungkin atas rasa sepinya kehilangan perhatian
ayah ibu juga kakak adik. Ia berjuang seorang diri menapaki jenjang karirnya
semata-mata bukan hanya untuk meraih satu per satu pencapaian-pencapaiannya,
tetapi juga untuk menunjukkan kehebatan dirinya di mata keluarga, sehingga
diakui dan mendapat perhatian yang sama sebagai seorang anak. Ia mencoba
mengobati rasa sedihnya itu dengan mendaftar studi lanjut di luar negeri,
semata-mata sebagai alasan untuk bisa keluar dari rumah.
Untuk
melengkapi dan menegaskan pesan film, soundtrack yang dipakai adalah lagu-lagu
yang terdapat dalam album musisi yang mengangkat kesehatan mental sebagai tema
penciptaan karyanya, seperti yang disebutkan sebelumnya. Di paling awal, lagu
“Rehat” dalam album Mantra Mantra Kunto Aji ditempatkan sebagai pembuka film.
Kemudian lagu “Secukupnya” dalam album Menari dengan Bayangan Hindia
ditempatkan di pertengahan menjelang akhir film, sebagai musik yang memperkuat
cuplikan adegan bagaimana masing-masing tokoh menerima kenyataan dan cara
mereka mengobati perasaannya masing-masing.
Setelahnya,
masih dengan penggambaran cuplikan adegan yang sama, lagu “Secukupnya”
disambung dengan lagu “Untuk Hati yang Terluka” dalam album Lexicon Isyana
Sarasvati. Kemudian disambung lagi dengan lagu “Lagu Pejalan” album Woh Sisir
Tanah yang cukup menyentuh dan emosional. Sebagai penutup, yang menggambarkan
happy ending dan keberhasilan semua anggota keluarga memulihkan tekanan batinnya,
ditempatkan lagu “Fine Today” Ardhito Pramono, lagu “Belukar Dunia” Chiki
Fawzi, dan lagu “Awal dan Akhir” Arah. Dua lagu lagi untuk melengkapi semua
lagu tema yang dipakai dalam film ini adalah lagu “I Want to Rock and Roll”
Arah dan lagu “Bitter Love” Ardhito Pramono.
Kualitas
produksi film NKCTHI bagi saya memuaskan. Ide dan alur cerita, ekspresi
masing-masing aktor, penataan kamera, penempatan lagu, kesesuaian adegan dengan
lagunya, dan indikator lainnya nyaris sempurna. Tentunya kualitas produksi ini
berbanding lurus dengan hasil yang didapat. Bukan hanya film, tetapi juga
produksi lainnya seperti cover “Lagu Pejalan” Sisir Tanah versi para cast, dan
produk lain yang berhasil mengambil hari para penontonnya.
Sumber: Instagram @nkcthi |
Pada
satu sisi yang lain, saya melihat bentuk yang berbeda dari kemunculan arus
populer isu kesehatan mental. Hal ini saya tangkap dari sebagian lirik lagu dan
cuplikan adegan pada film. Terutama yaitu pada lirik lagu Hindia “Secukupnya”
dan cuplikan adegan cara Awan memulihkan atau mengobati rasa sedihnya.
Puncaknya adalah cuplikan adegan ketika Awan dan Kale menonton konser musik
bersama, dimana Hindia ditampilkan sebagai band yang sedang menggelar konser
tersebut. Adegan dan lagu tersebut dikombinasikan menjadi satu, tanda
kesesuaian antara lirik dan adegan filmnya.
Bagi
saya, adegan dan lirik tersebut mengafirmasi suatu cara mengobati rasa sedih
yang dideteksi sebagai satu bentuk dari gangguan kesehatan mental dengan cara
lain diluar ketentuan medis. Hal seperti ini ditampilkan pula dalam film produksi
Visinema lainnya, yaitu Generasi 90-an. Terdapat satu orientasi yang mengarah
pada normalisasi cara pemulihan yang tidak sesuai dengan moral agama dan budaya
ketimuran yang hidup dalam masyarakat Indonesia, atau setidaknya tidak
dikehendaki dalam dunia medis, baik psikologi maupun kedokteran jiwa.
Cara-cara
demikian mungkin saja relate pada sebagian kelompok masyarakat dengan
lingkungan dan gaya hidup tersebut, tetapi untuk sebagian yang lain sangat
mungkin tidak relate. Wajar dalam beberapa situs yang sama temukan, Film NKCTHI
ini disebut sebagai film yang Jakarta-Oriented atau Kota-Oriented. Oleh karena
itu dalam beberapa hal, arus populer isu kesehatan mental memang menyisakan
bias makna dalam karya-karya produksinya. Terdapat muatan nilai tertentu yang
terkandung dalam wacana isu tersebut.
Dalam
hal musik, jika saja dapat dibandingkan dengan karya-karya Ebiet G. Ade, yang
juga gemar menciptakan lagu dengan lirik-lirik reflektif tentang hidup manusia,
lirik-lirik lagu pada arus populer isu kesehatan mental ini lebih banyak
berfokus pada sisi individualitas manusia. Dalam pernyataan lain,
lirik-liriknya lebih banyak mengangkat sisi kemanusiaan dengan sudut pandang
materi. Berbeda dengan Ebiet, yang memadukan cerminan kehidupan manusia dengan
alam dan Tuhan.
(thumbs up)
ReplyDelete