Indonesia negeri yang kaya, negeri
yang subur, juga negeri dengan sumber daya alam yang berlimpah. Indonesia
negeri yang besar, terdiri dari beberapa pulau dengan jumlah total sebanyak
13.466 pulau[1].
Indonesia negeri yang kaya, bukan hanya kaya dengan sumber daya alamnya, tapi
juga kaya dengan budaya, bahasa, dan adat istiadat. Indonesia negeri yang penuh
nikmat, dengan berbagai macam kekayaan dan keberagaman yang ada, disatukan
untuk tujuan yang sama karena nasib yang sama. Indonesia sampai saat ini sudah
berusia 71 tahun, usia yang bisa dibilang masih muda tapi banyak sekali
pelajaran dan pengalaman yang telah dialami oleh Indonesia. Pelajaran dan
pengalaman itu adalah sebuah peristiwa di masa lampau, atau yang sering kita
sebut sebagai sejarah. Indonesia memiliki sejarah panjang untuk sampai di usia
71 tahun ini, sejarah yang membuat kita belajar untuk membangun peradaban
Indonesia yang lebih maju di masa depan. Apapun bentuk sejarahnya baik sejarah
kebangkitan, kejayaan, maupun sejarah kelam atau sejarah kemunduran, Indonesia
harus tetap mengambil pelajaran dari sejarah. Dalam buku Amien Rais Agenda
Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia!, dijelaskan George Santayana, filosof
Spanyol berpendidikan Amerika pernah memperingatkan bahwa mereka yang gagal
mengambil pelajaran dari sejarah dipastikan akan mengulangi pengalaman sejarah
itu.
Begitu penting sejarah dalam
perjalanan kehidupan manusia juga Bangsa dan Negara, bukan hanya di Indonesia,
negara-negara lain di dunia pasti mempunyai sejarah panjang yang membuat meraka
masih tetap ada sampai saat ini. Indonesia masih menjadi negara yang kurang
menghargai sejarahnya, salah satu contoh yang masih hangat di tahun 2016 ini
adalah tutupnya museum Radya Pustaka Solo karena karyawan yang tidak
menadapatkan gaji selama 4 bulan, ini terjadi di bulan April kemarin[2]. Jelas
sebuah keprihatinan yang luar biasa, sebuah negara bersejarah tapi masih saja
ada hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi. Disini sebuah kesadaran
seluruh rakyat Indonesia sedang dipertanyakan, baik itu rakyat biasa maupun
para pejabat dan pemerintah. Indonesia saat ini tengah mengalami krisis
berkepanjangan. Indonesia sedang kehilangan kepercayaan dirinya juga tengah
kehilangan jati dirinya. Banyak sekali pelajaran mengenai sejarah yang harus
kita perhatikan untuk menumbuhkan kembali kesadaran rakyat Indonesia terhadap
pentingnya sejarah.
Dimulai dari pengertian, banyak para
ahli yang berpendapat tentang pengertian sejarah. Salah satu yang saya ambil
disini adalah pendapat DR. Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah,
beliau mengatakan bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, apa yang
direkonstruksi adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan,
dirasakan, dan dialami oleh orang. Sejarah tidak hanya berbicara dan menulis
tentang peristiwa di masa lalu, tapi sejarah membangun dan memulihkan kembali
apa yang terjadi di masa lalu untuk kemajuan peradaban Bangsa dan Negara.
Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan
dan kegagalan perjuangan suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada,
bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia
sepanjang sejarah[3]
. Sejarah merupakan ilmu yang terbuka, karenanya seseorang yang memperlajari
sejarah tidak akan berfikir mono-kausal (berfikir hanya dari satu sudut
pandang), tapi seseorang yang mempelajari sejarah akan berfikir pluri-kausal
(berfikir dari berbagai sudut pandang)[4]. Sejarah
tidak mudah untuk menjustifikasi dan menilai sebuah peristiwa dengan seenaknya,
sejarah berfikir dari berbagai sudut pandang dalam meneliti sebuah peristiwa,
oleh karena itu sejarah berfikir secara multi dimensi.
Dalam buku Penjelasan Sejarah
karangan DR. Kuntowijoyo, pada hakikatnya sejarah adalah ilmu yang mandiri,
artinya mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penejelasan
sendiri. Wilhelm Dilthey (1833-1911) membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu
tentang dunia “luar” atau Naturwissenschaften
(ilmu alam) dan ilmu tentang dunia “dalam” atau Geisteswissenschaften (ilmu kemanusiaan). Ilmu alam dengan ilmu
kemanusiaan jelas berbeda, ilmu alam adalah ilmu pasti atau ilmu dengan jawaban
yang pasti, dalam ilmu alam hukum-hukum berlaku secara tetap, tidak pandang
orang, tempat, waktu, dan suasana, sedangkan ilmu kemanusiaan ilmu bukan dengan
satu jawaban pasti dan mutlak menjadi suatu kebenaran, dalam ilmu kemanusiaan
banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, kebenaran tidak menjadi suatu hal
yang mutlak. Sejarah termasuk kepada ilmu kemanusiaan, karenanya setiap orang
bisa menjadi sejarawan, tergantung nantinya sampai seberapa besar penulisan
sejarahnya dapat dipercaya oleh masyarakat. Sejarah tidak ada yang objektif,
karena yang objektif hanyalah peristiwa. Artinya ketika suatu peristiwa
terjadi, akan ada banyak pendapat saksi atau orang yang megetahui tentang
perisitwa itu, tentunya pendapat mereka pendapat dari berbagai sudut pandang.
Ketika sejarah sudah mulai dituliskan, disana sejarah sudah termasuk subjektif,
dan bagaimana seorang sejarawan itu bisa menekan seminimal mungkin subjektifitas
dari suatu tulisan sejarah. Oleh karena itu, sejarawan harus bisa mencari
berbagai data dari berbagai sudut pandang tentang peristiwa yang terjadi,
karena semakin banyak data dan fakta, tulisan sejarah akan lebih dekat dengan
kata objektif.
Pentingnya pengetahuan tentang masa
silam sebagai rujukan yang otentik untuk mengetahui realitas kehidupan hari ini[5]. Sejarah banyak berperan untuk perkembangan
kehidupan hari ini dan hari yang akan datang. Bahwa kesadaran akan pentingnya
sejarah akan membawa kita kepada sikap yang lebih dewasa dan
berperikemanusiaan, ukuran dewasa bukan hanya tentang usia, tapi ukuran dewasa
juga tentang cara berfikir. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Sam Wineburg
bahwa sejarah memiliki potensi untuk menjadikan kita manusia yang
berperikemanusiaan, hal yang tidak dapat dilakukan oleh semua mata pelajaran
yang lain dalam kurikulum sekolah. Kesadaran sejarah merupakan kesadaran kita
untuk mempelajari peristiwa dan pengalaman di masa lampau, peristiwa dan
pengalaman itu berusaha untuk diingat kembali. Tanpa sejarah kita tidak akan
memiliki pengetahuan mengenai kita, masyarakat dan Bangsa kita, yakni
pengetahuan mengenai siapa kita, Bangsa kita dan bagaimana menjadi seperti
dewasa ini. Melalui sejarah akhirnya kita menyadari dan mengetahui harkat,
martabat, dan identitas kita, Bangsa kita dibentuk dan disempurnakan melalui
dan oleh sejarah. Manusia memanusiakan dirinya melalui sejarah[6].
Dalam buku Pembelajaran Sejarah disebutkan pula argumen dari Levi-Strauss,
bahwa sejarah tidak hanya tentang (of) sesuatu, tetapi juga sejarah untuk (for)
apa. Pada konteks what for, cara penyampaian tujuan penulisan sejarah terbagi
dua, yakni secara langsung dan tidak langsung. Tujuan penulisan karya sejarah
akademik dinyatakan secara eksplisit oleh penulisnya, pada karya sejarah non
akademik atau karya historiografi tradisional, penulisnya tidak mengetengahkan
tujuan penulisannya. Kesadaran sejarah tidak hanya menyangkut apa yang
diketahui, tetapi juga yang diharapkan dari pengetahuan sejarah. Berbagai kisah
yang dikemas dengan dalih kesadaran sejarah, untuk kepentingan politik, sosial,
dan keagamaan, meneguhkan arti penting dan strategis pemahaman sejarah bagi
sebuah Bangsa untuk memahami identitas dan tujuannya. Sejarah dalam konteks itu
dapat menjadi sumber keteladanan (karakter) serta alat perjuangan dan kekuasaan
bagi pihak yang berkepentingan. Disinilah letak pentingnya kesadaran sejarah,
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, kita dapat meneladani
sifat-sifat, karakter, cara, sistem, dan pelajaran-pelajaran dari para tokoh
sejarah. Sejarah juga selalu menjadi landasan kita dalam mengambil keputusan
dan kebijakan, bahwa dari pengalaman masa lalu sistem atau cara ini harus
diganti karena perkembangan zaman, dari pengalaman masa lalu peristiwa ini
tidak boleh terjadi lagi, dan dari pengalaman masa lalu akhirnya menumbuhkan
pembaharuan karakter yang lebih baik. Dengan
memperlajari sejarah, kita dapat memperoleh kepuasan intelektual, kita senang
atau puas karena kita mengetahui sejarah itu sendiri. Akan tetapi, masuk akal
apabila kita mengharapkan kegunaan memperlajari sejarah lebih dari itu. Berdasarkan
teori tauladan sejarah (the exemplar
history) sejarah dapat dipergunakan sebagai bahan pengajaran moral. Sejarah
dapat mengajarkan kepada kita, bagaimana dalam situasi tertentu kita harus
bersikap, mengambil keputusan dan bertindak. Pepatah latin kuno mengatakan “Historia Vitae Magistra”, yang berarti
sejarah adalah guru kehidupan, menunjukkan kepada kita bahwa sejarah dapat
menjadi guru petunjuk, atau pedoman bagi kehidupan kita[7].
Ilmu Sejarah masih terus menjadi
kambing hitam dalam keilmuwan, sejarah masih terpinggirkan, dan sejarah masih
menjadi second priority dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia masih
belum benar-benar menghargai sejarah, karena hari ini masyarakat Indonesia
lebih suka pergi ke mall daripada ke museum. Tidak ada salahnya, itu merupakan
salah satu bentuk perkembangan zaman, tapi dengan adanya globalisasi ini
masyarakat Indonesia jadi tidak bisa mengontrol dan menyaring apa yang baik dan
yang buruk, pada akhirnya masyarakat Indonesia terbawa efek negatif dari globalisasi.
Sejarah dan museum akhirnya ditinggalkan dan tulisan juga bukti-bukti sejarah
hanya menjadi pajangan yang hanya berarti sebagai hiasan tak bermakna. Di
Eropa, perpustakaan begitu sangat digemari oleh anak-anak, mereka melihat
bagaimana perjalanan negaranya untuk bisa menjadi Negara yang besar dan maju
seperti sekarang, mereka benar-benar menghargai sejarah. karena begitu
berharganya waktu selama 300 tahun untuk bisa sampai di masa revolusi industri
dan membawa Negaranya kepada puncak kejayaan. Dalam lingkup mahasiswa dan
universitas, banyak orang yang bertanya “kalau jurusan sejarah, nanti kerjanya
jadi apa?”, inilah sebuah pertanyaan yang selalu mengusik perhatian saya, bahwa
jurusan ilmu sejarah selalu dipandang sebagai jurusan yang sulit untuk dapat
pekerjaan dan tidak mampu bersaing dengan jurusan lain dalam pekerjaan.
Padahal, sebenarnya mereka yang berbicara seperti itu juga mempelajari tentang
asal usul ilmunya, dalam artian meraka juga mempelajari tentang sejarah dan
perkembangan ilmu yang dipelajarinya. Sejarawan bisa bekerja dimanapun, karena
sejarah merupakan multi dimensi ilmu, mempelajari ilmu-ilmu sosial atau
kemanusiaan lainnya. Tapi satu hal yang harus diketahui bahwa sejatinya tujuan
lulusan sarjana bukan untuk jadi pekerja, melainkan untuk menjadi ilmuwan dan
pencipta lapangan pekerjaan.
Saat ini bukanlah waktu untuk saling
menghina antar jurusan atau profesi kita, saat ini adalah waktu dimana kita
harus bersama-sama mebangun peradaban Indonesia yang lebih maju melalui jurusan
dan profesi kita. Karena dalam teori sosiologi yaitu teori fungsionalisme
struktural, dalam suatu struktur tidak ada yang tidak berfungsi, semua yang ada
dalam suatu struktural mempunyai fungsinya masing-masing, sekecil apapun itu
tetap memiliki fungsi. Terkadang kita sering tertipu dengan hal-hal kecil,
mereka seringkali kita anggap seple padahal mempunyai fungsi yang vital.
Saatnya menumbuhkan kesadaran sejarah masyarakat Indonesia, kita tumbuhkan rasa
perhatian kita terhadap sejarah, kita tauladani para tokoh sejarah dan jadilah
pahlawan-pahlawan baru untuk Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Aam Abdillah, M. (2012). Pengantar
Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Hamid, A. R.
(2014). Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
KUNTOWIJOYO, D.
(1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
KUNTOWIJOYO, D.
(2008). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Prof. A.
Daliman, M. (2012). Pengantar Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
http://www.awas-aja.com/2016/05/negara-dengan-pulau-terbanyak-dunia.html
[1] http://www.awas-aja.com/2016/05/negara-dengan-pulau-terbanyak-dunia.html
[2] Setelah kejadian ini, akhirnya
turun dana sebesar 300 juta untuk gaji, biaya operasional, juga biaya perawatan
museum. Dana tahun ini berkurang dari tahun kemarin sebesar 400 juta. Dana ini
merupakan dana hibah dari APBD Kota Solo, Jawa Tengah. Museum Radya Pustaka
merupakan museum tertua di Indonesia. (http://regional.liputan6.com/read/2487490/nasib-karyawan-museum-radya-pustaka-solo-usai-tutup-sementara).
[3] Pengantar Ilmu Sejarah (Drs.
Aam Abdillah, M.Ag.)
[4] Pengantar Ilmu Sejarah (DR.
Kuntowijoyo)
[5] Pembelajaran Sejarah (Abd.
Rahman Hamid)
[6] Pengantar Filsafat Sejarah
(Prof. A. Daliman, M.Pd)
[7] Pengantar Filsafat Sejarah
(Prof. A. Daliman, M.Pd.)
Semoga bangsa Indonesia melek akan sejarah ya. Btw coba kamu cek lagi paragraf dua sama terakhir, ada yg typo.
ReplyDelete