Tak sengaja saya melihat sebuah tulisan di Line yang cukup merangsang para pembacanya untuk berfikir dan berdiskusi. Saya baca terus sampai selesai dan saya melihat komennya yang memang sedang berdiskusi.
Kurang lebih tulisan itu membahas tentang agama. Melihat dari sudut pandang Marx yang menyatakan Agama adalah candu, kita harus melihat juga mengapa Marx bisa berkata seperti itu. Agama adalah candu karena membuat orang-orang yang mempercayainya berpasrah diri tidak berusaha dengan iming-iming akhirat. Begitulah kiranya mengapa Marx membuat pernyataan itu.
Dalam diskusi di kolom komen, teman saya yang sebelumnya juga mahasiswa sejarah UNS dan sekarang pindah ke UI sejarah, ia menjelaskan bahwa dalam hal ini pendapat Marx tidak selamanya benar dan kita tidak bisa menyalahkan seluruhnya kepada agama. Saya setuju dengan pendapat ini, karna apa, karna terkadang ada juga perbedaan pemahaman orang beragama yang membuat pemikirannya sangat bergantung kepada akhirat tanpa mempedulikan usaha di dunia.
Menurut apa yang saya pelajari bahwa dunia merupakan tempat kita berusaha mencapai tempat terbaik di akhirat. Saya yakin banyak orang yang tetap berusaha dalam hidupnya dan mereka adalah orang yang beragama, apapun itu agamanya. Dalam hal ini juga kita tidak bisa mengeneralisir para penganut agama, kalau kita lihat pendapat bahwa agama menjadikan seseorang pasrah dan tidak mau berusaha, saya yakin ini hanya sebagian kecil.
Artinya ketika kita mempelajari agama, coba kita pelajari lebih dalam agama melalui sumber atau kitabnya, bukan pada orangnya. Bagi saya, kita tidak bisa lepas dari agama sebagai pedoman hidup kita. Tetapi jangan hanya berdiam diri dan pasrah dengan keadaan, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu merubah dirinya sendiri", Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd ayat 11.
Dalam mempelajari sosiologi, agama ada yang bersifat dogma atau kepercayaan dan profan. Dogma bersangkutan dengan yang namanya kepercayaan atau sakral dan profan adalah hal-hal yang tidak berkaitan dengan sakral atau kepercayaan. Artinya dalam berusaha pun kita tidak bisa sampai menuhankan akal atau logika. Karena dalam agama ada hal yang bersifat sakral yang memang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia, dan itu kepercayaan.
Dalam buku Sejarah Tuhan karangan Karen Amstrong, ada sebuah Bab yang berjudul Tuhan Para Faylasuf atau Filosof. Disana dijelaskan bahwa ketika zaman para filsuf, mereka sangat mengutamakan yang namanya logika, dan sampai pada suatu titik para filsuf itu memang menyadari bahwa ada suatu hal yang memang tidak bisa dijangkau oleh akal dan logika manusia mengenai Tuhan, termasuk juga filsuf muslim.
Dari buku itu saya jadi tersadar dan berfikir bahwa, zaman sekarang banyak sekali orang yang sangat mengutamakan logika, barangkali sampai membuat seseorang belum percaya Tuhan, dan menurut saya ini adalah tugas para pembelajar agama. Artinya bagi saya, saya tidak mempermasalahkan orang beragama mempunyai pemikiran yang terbuka dan mencoba memahami agama juga dengan logika - selain dengan belajar pada sumber atau kitab - karena ini adalah tantangan zaman. Agar para pembelajar agama bisa merubah orang yang belum percaya Tuhan menjadi percaya Tuhan dengan penjelasan logika, yang kemudian terus dibimbing memperdalam melalui sumber dan kitab.
Hal yang menarik bagi saya, lebih baik bagi kita untuk memperdalam agama dengan sebaik-baiknya, hati-hati barangkali kita beribadah tanpa tau dasarnya. Ketika kita beribadah dengan tau dasarnya, kita akan benar-benar mempunyai keyakinan yang sesungguhnya.
Terakhir, zaman telah banyak berkembang. Ilmu pengetahuan dan teknologi maju dengan pesat, logika dijunjung tinggi. Tantangan zaman semakin berat. Tetaplah menjadi manusia yang berpedoman dengan agama dan berusaha mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tetap memperluas pemikiran dengan batas tidak menuhankan logika. Yakin ada suatu hal yang memang perlu kita yakini yang tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia, yaitu keimanan. Kemudian jawab tantangan zaman.
Terimakasih,
Kita bisa berdiskusi di kolom komen, karna saya juga belum matang dalam membahas ini.
Comments
Post a Comment