Memandang Kemajuan Masyarakat


Berbicara tentang masyarakat berarti berbicara tentang perkembangan serta pola gerak sejarah. Masyarakat merupakan salah satu bagian penting dari suatu negara, karna ketika pemerintahan ada tetapi yang diperintah tidak ada, maka tidak akan ada negara itu sendiri. Setiap masyarakat memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, setiap gejala yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi bagaimana cara masyarakat itu berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, kemajuan dan perkembangan masyarakat adalah seperti apa yang diperjuangkan oleh masyarakat itu sendiri.

Kemajuan masyarakat akan selalu dimulai oleh filsuf, pemikir, atau bisa kita sebut intelektual yang menggerakkan. Dalam beberapa teori tentang intelektual dinyatakan bahwa sebaiknya seorang intelektual memiliki tempat sendiri dalam masyarakat. Mereka harus menjaga jarak dengan kekuasaan dan mampu melihat realitas yang terjadi dalam masyarakat akar rumput. Hal inilah yang membuat seorang intelektual selalu berperan penting dalam setiap kemajuan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam buku “Peran Intelektual” karya Erdward W. Said bahwa intelektual harus selalu berada diluar kekuasaan, mereka bersikap netral dan menjadi pengkritik pemerintah.

Namun, teori ini bisa saja memiliki pembandingnya dimana dikatakan bahwa jika para intelektual itu adalah orang-orang baik, maka merekalah yang harus mengisi ruang-ruang pemangku kebijakan. Hal ini diperkuat dengan teori yang mengatakan bahwa keburukan yang terorganisir akan menang melawan kebaikan yang tidak terorganisir, keburukan ada dan terus langgeng ketika orang-orang baik diam. Akan tetapi dalam hal ini sebenarnya sah-sah saja, asalkan dimanapun berada seorang intekektual harus tetap memegang teguh integritasnya.

Seorang intelektual akan terus memiliki peran penting terhadap lingkungan dan masyarakatnya, dimanapun dan kapanpun dia berada. Mereka meningkatkan dan mengembangkan batas-batas keilmuan masyarakat, kemudian mereka kembali melihat realitas masyarakat akar rumput. Dalam pola gerak perkembangan masyarakat, terdapat beberapa filsuf atau pemikir yang memberikan teori berdasarkan proses penelitiannya, seperti jika dalam buku “Madilog” sama-sama melalui proses dialektika yang dilakukan, mereka menemukan pola gerak sejarah dalam masyarakat. Hegel yang disebut oleh Tan Malaka sebagai tokoh dialektika idealis dengan Marx yang disebut oleh Tan Malaka sebagai tokoh dialektika materialis.

Hegel lebih dahulu memunculkan idenya dibanding Marx, bahkan Marx sendiri mengambil pelajaran dari pemikiran Hegel. Dalam pengertian ini, Hegel berkesimpulan bahwa kemajuan masyarakat adalah kemajuan pikiran. Sedangkan jika kita lihat Marx dengan pemikiran materialnya, bisa disimpulkan bahwa kemajuan masyarakat adalah kemajuan ekonomi. Dari kedua tokoh yang dimunculkan Tan Malaka dalam “Madilog” ini, saya kemudian berpikir bahwa sebenarnya dua hal ini adalah sesuatu yang sangat penting yang harus berjalan bersamaan. Jika disederhanakan, kesimpulan Hegel adalah soal otak dan kesimpulan Marx adalah soal perut, dimana keduanya harus diperjuangkan.

Marx mengungkapkan bahwa jalannya sejarah adalah perjuangan kelas, dimana kaum proletar atau buruh bergerak untuk menggulingkan kaum borjuis yang berkuasa membelenggu kemajuan manusia. Para pekerja dipekerjakan dalam rangka kepentingan komersil korporat, mereka dibuat menjadi manusia yang teralienasi oleh dirinya sendiri. Seperti apa yang coba dijelaskan oleh Erich Fromm dalam karyanya yang berjudul “Konsep Manusia Menurut Marx”, disana jelas bahwa ini persoalan manusia yang tersingkirkan oleh potensinya, dipaksa tidak berkembang hanya untuk kepetingan korporat. Lagi-lagi, ini persoalan manusia.

Begitupun dengan Hegel, dimana pikiran merupakan hal yang harus diperjuangkan dalam rangka kemajuan masyarakat. Jika ekonomi merupakan perjuangan Marx, pendidikanlah yang dimaksud oleh Hegel. Pendidikan harus dibina sedini mungkin dalam masyarakat sehingga maju dalam berpikir. Secara otomatis orang yang berpendidikan adalah mereka yang dekat dengan moral. Disinilah inti dari pemikiran Hegel, dimana pendidikan merata bagi semua masyarakat. Kemajuan masyarakat dipengaruhi oleh sejauh mana pendidikan berjalan dalam masyarakat, sehingga pikiran masyarakat terus berkembang dan mengalami kemajuan. 

Baik Hegel maupun Marx bukan merupakan sebuah pemikiran yang kontradiktif atau saling bertentangan, karena keduanya melalui proses yang sama yaitu dialektika, hanya mencapai suatu kesimpulan yang berbeda. Hal ini sangat penting jika kita mengkaji tentang manusia, bahwa urusan perut dan otak ini merupakan dua hal penting yang harus terjamin. Keterkaitan tersebut sederhana, kemerdekaan ekonomi menentukan kemerdekaan dalam berpikir. Ketika urusan perut tidak merdeka, maka sulit untuk bisa berpikir sehat. Inilah yang jika dalam Islam juga dikatakan bahwa kekufuran adalah salah satu penyebab kekafiran.

Bagi saya ada konsep masyarakat yang lebih istimewa dengan segala bentuk nilainya, yaitu Islam. Dalam hal ini Islam mempunyai cara berpikir serta cara pandang tersendiri dalam melihat problematika masyarakat. Intelektualitas atau kualitas pendidikan semua manusia harus terjamin, senada dengan bagaimana Islam sangat memuliakan ilmu. Begitupun dengan persoalan ekonomi, Islam menghendaki manusia untuk mandiri secara ekonomi, urusan perut harus terjamin, tetapi tetap memegang erat nilai ajaran Islam dimana kekayaan dunia ini harus dibagi merata dengan sesama manusia, inilah mengapa dalam Islam ada konsep zakat, shodaqoh, dan lainnya sebagai sarana saling berbagi.

Konsep tersebut yang ingin dicapai oleh Islam, tidak ada ketimpangan dalam masyarakat, dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Dalam hal ekonomi, konsep Islam jauh lebih adil daripada pertentangan kelas antara kapitalisme dengan sosialisme, di satu sisi kapitalisme membuka ruang selebar-lebarnya individu memperkaya diri dan menimbunnya untuk kepentingan pribadi, sedangkan di sisi lain sosialisme menginginkan adanya masyarakat tanpa kelas, semua materi yang ada harus menjadi kepemilikan kolektif. Dalam Islam, diajarkan konsep adil atau bisa dibilang proporsional. Kita harus dapat membedakan mana saja yang memang boleh dimiliki secara pribadi, mana saja yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan bersama.
            
Bagi saya dalam memandang manusia dan masyarakat, pikiran adalah hal yang tidak bisa statis, stagnan, atau mengalami kemandekan. Ilmu pengetahuan harus terus bergerak dinamis, kebebasan berpikir harus terjamin, seperti halnya Descartes mengungkapkan “Aku Berpikir maka Aku Ada”. Persoalan materi, ini merupakan hal yang tidak bisa diukur dengan kebahagiaan, sehingga seringkali kita beranggapan bahwa bahagia itu ketika kita mempunyai banyak harta. Bagi saya, ukuran kebahagiaan adalah ketika kita merasa cukup, bersyukur terhadap setiap rezeki, tetapi bukan berarti boleh miskin. Konsep diatas atau konsep Islam yang sebenarnya dapat diterapkan dalam ranah individu serta dalam ranah masyarakat. Kita belajar untuk adil dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Intelektualitas harus bergerak dinamis, sehingga kecerdasan manusia berjalan maju. Ekonomi mandiri dan merdeka, tidak bergantung kepada orang lain, sehingga tidak mudah untuk didikte oleh pihak lain. Dua hal ini adalah sangat berkaitan dan menimbulkan hubungan kausalitas atau sebab-akibat. Akhirnya, kemerdekaan ekonomi dan kemerdekaan pikiran adalah dua hal penting dalam rangka kemajuan masyarakat.

Comments