Rasanya
saya sedikit tertinggal beberapa tahun, karena baru saja saya menikmati
tontonan malam hari saya dengan Film asal India yang populer disebut Bollywood
yaitu Bajrangi Bhaijaan. Persis seperti film-film India lainnya yang
pernah saya tonton, durasi film ini agak sedikit lebih panjang 30 menit dibanding
film-film produksi Indonesia, yang rata-rata berdurasi sekitar dua jam. Tapi
durasi tersebut tidak membuat saya merasa bosan, alur cerita, dialog, serta
peran yang dimainkan para aktornya begitu rapih diproduksi hingga disajikan
kepada penonton.
Bajrangi Bhaijaan dibintangi oleh seorang aktor
sekaligus entertaint terkenal di India yaitu Salman Khan. Ia memang
telah sejak lama menjalani karirnya dalam seni peran dan dunia hiburan di India.
Dalam film ini, selain sebagai pemeran utama, Salman Khan sekaligus tercatat
sebagai produser bersama Rockline Ventakesh. Sedangkan V. Vijayendra Prasad
sebagai penulis skenario dan Kabir Khan sebagai sutradara. Selain Salman Khan,
pemeran utama juga dimainkan oleh Harshaali Malhotra, Kareena Kapoor, dan
Nawazuddin Siddiqui.
Film yang dirilis pada 17 Juli 2015 pada saat momen akhir
pekan dan saat perayaan Idul Fitri 1436 H ini sukses menarik banyak penonton. Tercatat
dalam beberapa situs diterangkan bahwa Bajrangi Bhaijaan sukses
memecahkan rekor film layar lebar India dan luar negeri. Sebab film ini menjadi
film India tercepat yang mengantongi pendapatan hingga satu miliar rupee pada
pasar domestik sekaligus sempat menjadi film terlaris kedua di India dan film Bollywood
terlaris kedua pula di pasar internasional.
Bagi Salman Khan sendiri, Bajrangi Bhaijaan merupakan
film paling sukses selama karirnya dalam dunia perfilman sejak 1988. Salman
Khan termasuk dalam Salim Khan Family, keluarga seorang penulis skenario
film di India yang juga sukses dalam industri film dan dunia hiburan atau seni
panggung India. Kesuksesan tersebut terwariskan kepada anak-anaknya salah
satunya Salman Khan.
Terpisahnya Ibu dan Anak
di Negeri Tetangga
Film ini dimulai dengan latar tempat
cerita di suatu desa di Pakistan yang bernama Sultanpur. Desa tersebut berada
di daerah perbukitan yang dipenuhi pepohonan tinggi dan disertai jurang disekelilingnya.
Beberapa keluarga menetap di desa tersebut yang bertahan hidup dengan cara
beternak domba. Hanya Sebagian kecil orang yang tinggal dan menetap di Desa
Sultanpur tersebut.
Suatu ketika lahirlah seorang anak perempuan yang diberi
nama Shahida (yang diperankan oleh Harshaali Malhotra) dalam salah satu
keluarga. Pada satu sore menjelang malam Shahida yang beranjak besar dengan
usia 6 tahun mengejar mainannya yang tiba-tiba rusak ketika dimainkan hingga
kemudian ia jatuh terguling ke arah jurang. Karena hari mulai gelap, sang Ibu
mencarinya sebab si anak tak kunjung pulang. Tak satupun tetangga rumah yang
tahu keberadaan Shahida.
Sejumlah warga desa memutuskan untuk mencari Shahida
bersama-sama. Hingga pada malam hari Shahida baru ditemukan tersangkut di
sebuah batang pohon yang menjalar diatas jurang diantara dua tebing. Shahida
berhasil diselamatkan tetapi dengan keadaan kehilangan kemampuan berbicaranya.
Sang Ibu khawatir dengan kondisi Shahida, khawatir jika keadaan tersebut membuat
Shahida kehilangan masa kecil seperti bocah seusianya yang riang gembira
menikmati waktu-waktu bermain.
Keesokannya sang Ibu memutuskan untuk mengantar sendiri
Shahida ke Tempat suci Hazrat Nizamuddin Auliya di Delhi, India. Tempat suci
tersebut dipercaya dapat menyembuhkan Shahida mengembalikan kemampuan bicaranya.
Sang Ibu menginginkan anaknya menjadi normal kembali seperti anak-anak lainnya,
sekolah, bermain, dan menikmati dunia masa kecilnya.
Shahida dan Ibu akhirnya berhasil sampai ke tempat
tujuan. Setelah mereka selesai mengikuti ritual keagamaan, segera mereka
berbalik pulang menuju Pakistan. Ditengah perjalanan, kereta yang mereka naiki
mengalami masalah pada mesin sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan
beberapa jam. Untuk menunggunya, sebagian besar penumpang memilih tidur,
termasuk Shahida dan Ibu. Shahida yang tidur di pangkuan ibunya terbangun dan
melihat seekor domba tengah terjebak di dalam parit kecil di pinggir rel. Bocah
penyayang domba itu pun turun dari kereta untuk menolongnya dan sedikit
berlama-lama memeluk domba tersebut.
Yang tidak diketahui juga tidak diperkirakan oleh Shahida,
kereta kapanpun dapat tiba-tiba berjalan tanpa pemberitahuan petugas. Kapanpun
kereta dapat saja bergerak kembali tanpa menghiraukan kondisi masing-masing
penumpangnya. Benar saja, Shahida tertinggal kereta dalam gelapnya malam
dipinggir rel ditengah gurun. Sang Ibu terbangun ketika kereta tengah melaju
kencang dan sesaat tiba di perbatasan India-Pakistan. Melihat Shahida yang
hilang dalam pangkuannya, Sang Ibu bergegas mencarinya ke seluruh gerbong
kereta. Namun tetap saja Shahida tidak berhasil ditemukan.
Kereta lain, yaitu kereta pengangkut barang tiba-tiba
datang selagi Shahida memandangi arah laju kereta yang ditumpanginya bersama
sang ibu. Kereta pengangkut barang tersebut berganti kepala gerbong untuk
segera melanjutkan perjalanan kembali kearah India. Shahida yang tidak ada
pilihan lain akhirnya memutuskan untuk ikut naik ke gerbong kereta pengangkut
barang tersebut dan membawanya ke India.
Pemuda Bodoh nan
Beruntung
Kereta yang membawa Shahida berhenti.
Terdapat rombongan orang berjalan bagai
pawai melintasi rel. Shahida yang tengah terlelap tidur terbangung mendengar
lagu-lagu pujian yang dinyanyikan rombongan pawai tersebut sembari menuju pusat
perayaan ritual keagamaan yang sedang dirayakannya. Ia pun turun dan mengikuti
gerak langkah rombongan pawai hingga sampailah di pusat perayaan ritual
keagamaan tersebut.
Shahida yang sedang berjalan diantara keramaian orang,
melihat sosok pemuda yang menjadi pemimpin perayaan ritual keagamaan. Ialah
pemuda yang akan menolongnya pulang bertemu dengan ibu beserta keluarga dan
masyarakat desanya. Pemuda itu bernama Pawan Kumar Chaturvedi alias Bajrangi
yang diperankan oleh Salman Khan.
Sampai adegan ini penonton mulai disuguhkan penampilan musikal
khas Bollywood perpaduan tarian dan lagu berbahasa Hindi. Berdasarkan
keterangan film dalam satu situs, lagu pertama yang dimainkan berjudul “Selfie
Le Re”. Lirik lagunya berisi puja dan pujian kepada Dewa dalam kepercayaan
mereka. Mereka menyebutnya Dewa Hanuman atau disebut pula Bajrangbali. Dalam
teks Bahasa Indonesia salah satu penggalan lirik tersebut tertulis “Puja Dewa
Hanuman (Bajrangbali) hancurkanlah barak barik musuh”.
Pawan Kumar Chaturvedi dikisahkan sebagai pemuda dengan
keterbatasan kecerdasan intelektual. Ia memiliki ayah bernama Divakar
Chaturvedi, Kepala Kantor Pos di Pratpagarh kemudian Kepala Desa di tempat yang
sama. Ia dinilai bodoh dan tidak memiliki bakat oleh ayahnya yang menjulukinya
dengan nama “Zero”. Sewaktu menjalani pendidikan menengah ia butuh 20 kali
ujian untuk lulus, dan butuh 11 kali ujian untuk sampai lulus di pendidikan
tinggi.
Di ujian kesebelasnya, ia berhasil mendapat predikat
lulus. Suasana Bahagia yang dirasakan berubah menjadi duka seketika ayahnya
meninggal karena terkejut mendengar kabar kelulusannya tersebut. Pada bagian
adegan ini dan beberapa adegan lainnya, memang merupakan bagian adegan yang
dibuat sebagai unsur komedi dalam film. Sebelum menarik napas terakhirnya, sang
ayah memberikan pesan terakhir agar ia pindah ke Delhi menemui teman lama sang
ayah yang diyakini akan memberikan pekerjaan kepadanya.
Pawan memenuhi pesan terakhir sang ayah berangkat pergi
ke Delhi dan berhasil sampai di rumah teman lama ayahnya bernama Dayanand. Tak
disangka ternyata Dayanand merupakan ayah dari seorang gadis cantik bernama
Rasika (yang diperankan oleh Kareena Kapoor) yang ditemuinya di bus menuju
Delhi. Ia sempat diusir karena dinilai menguntit gadis tersebut akibat
percekcokan keduanya soal uang kembali.
Keberuntungan Pawan dimulai sejak ia tinggal dirumah
Rasika. Dayanand menyuruhnya ikut bersama Rasika ke sekolah tempat Rasika
mengajar, dengan harapan Pawan mendapat pekerjaan disana. Seiring dengan itu
keduanya sering mendapat banyak waktu untuk bersama. Maka kebersamaan pun
terjalin diantara keduanya. Pawan berhasil mengambil hati Rasika. Sang gadis
melihat kesederhanaan, tingkah humor, penyayang anak kecil, kejujuran, serta ketulusan
hati Pawan.
Pada momen penting keluarga dimana Rasika hendak
dijodohkan dengan laki-laki pilihan ayahnya, Rasika memberanikan diri untuk
berkata jujur bahwa ia menaruh hati pada Pawan. Pengakuan tersebut dilakukan
Rasika dihadapan keluarga laki-laki yang hendak dijodohkan dengannya. Dengan
terkejut ayahnya menerima keinginan Rasika untuk dinikahkan dengan Pawan.
Tetapi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi Pawan dalam jangka waktu 6
bulan, yang pertama harus dipenuhi adalah rumah.
Sungguh beruntung Pawan, berhasil mendapatkan hati seorang gadis cantik dan pintar. Memang soal perasaan dan isi hati, disini digambarkan bahwa sifat yang melekat pada karakter seseorang lebih ampuh melampaui kemampuan intelektual. Selain juga untuk menggambarkan sisi ketidaksempurnaan seorang manusia.
Haru Ketulusan dan
Kejujuran yang Menghibur
Di salah satu kedai makan selepas merayakan
suka cita menyambut kedatangan Dewa Hanuman atau Bajrangbali, Pawan bertemu
dengan Shahida si gadis cilik nan manis. Shahida menghampiri Pawan selepas
dirinya menyadari bahwa gadis cilik tersebut memerhatikannya. Shahida melahap
habis makanan dan minuman yang dipesan untuk melepas dahaga dan rasa lapar yang
ditahannya semalaman.
Pawan merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan Shahida yang
memiliki gangguan kemampuan berbicara. Lantaran sulit mengetahui identitas si
gadis cilik, Pawan pun lekas pergi meninggalkannya. Namun kepergiannya tak
membuatnya lepas dari Shahida. Oleh sebab Shahida terus mengikutinya, Pawan pun
memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah dan tinggal bersamanya.
Perlahan identitas Shahida dapat dikenali lewat tiga
adegan. Pertama, Shahida adalah seorang pemakan daging, hal yang dilarang bagi
pemeluk agama Hindu Budha mayoritas agama masyarakat India. Kedua, Shahida
merupakan seorang muslim, hal yang dapat menghambat Shahida dapat tinggal lebih
lama di rumah keluarga Rasika karena perbedaan kasta dan agama. Dan ketiga,
Shahida berasal dari Pakistan.
Identitas Shahida kemudian diketahui bukan hanya oleh
Pawan dan Rasika, tapi juga oleh Dayanand (Ayah Rasika) serta keluarga. Melihat
situasi tersebut, Pawan segera mengurus kepulangan Shahida ke negeri asalnya.
Berbagai upaya dilakukan untuk memulangkan Shahida ke Pakistan namun tak
kunjung berhasil. Kantor kedutaan Pakistan di Delhi tidak dapat membantu
masalah Shahida karena ia tak memiliki surat-surat resmi.
Hampir saja hal buruk terjadi ketika Pawan menyerahkan
Shahida kepada agen jasa perjalanan yang menjanjikan akan mengantar Shahida
pulang dengan syarat nominal bayaran tinggi. Tak disangka ternyata Shahida
dijual ke tempat prostitusi. Emosi Pawan memuncak ketika mengetahuinya. Shahida
pun berhasil dibawanya kembali hingga akhirnya Pawan memutuskan untuk memberanikan
diri mengantar Shahida seorang diri tanpa syarat-syarat perjalanan resmi.
Ketulusan hati Pawan diuji berkali-kali. Uang yang sedang dikumpulkannya untuk memenuhi syarat nikah dengan Rasika direlakannya dipakai membayar jasa agen perjalanan abal-abal tadi. Kemudian Pawan harus merelakan dirinya menghadapi bahaya yang tak ia ketahui apapun bisa terjadi selama ia mengantar Shahida pulang ke Pakistan. Resiko tersebut harus dipikulnya ditengah dirinya yang segera akan merayakan pernikahan bersama Rasika.
Kejujuran yang ditampilkan dikemas dengan cerita yang menghibur.
Hal ini terjadi ketika Pawan dan Shahida telah berhasil melewati perbatasan
berada di titik daerah kekuasaan Pakistan. Mereka berhasil melewati perbatasan
melalui jalan lintas bawah tanah tersembunyi yang dibuat oleh sekelompok orang
sejenis mafia. Namun Pawan tak hendak melanjutkan perjalanan sebelum
mendapatkan izin dari kepala polisi perbatasan setempat.
Ia pun kemudian berkata sejujurnya termasuk membongkar
keberadaan jalan pintas bawah tanah tersembunyi tersebut. Namun kejujuran sama
sekali tak hasil. Kepala polisi perbatasan sama sekali tak menunjukkan tanda simpati
pada kejujuran Pawan. Simpati pun bukan tiada batas, ia luluh oleh kegigihan
Pawan mempertahankan kejujurannya. Pawan dan Shahida pun mendapat izin untuk
masuk ke wilayah Pakistan walaupun tanpa surat-surat resmi.
Hal buruk tak berhenti sampai disana. Segera saja Pawan
dicurigai sebagai pengintai India atas Pakistan. Keterangan polisi yang sempat
menangkapnya tersebar melalui liputan media. Namun tak lama ketika sedang
dilakukan pemeriksaan, Pawan dan Shahida berhasil melarikan diri. Satu dari dua
orang reporter yang tengah mengambil video liputan berhasil mengikuti jejak
pelarian Pawan dan Shahida, guna mendapatkan kebenaran informasi tentang apa
yang sedang terjadi.
Pelarian yang juga sebenarnya merupakan usaha menemukan
letak rumah Shahida tanpa diduga ternyata dibantu oleh reporter tersebut, yang
bernama Chand Nawab yang diperankan oleh Nawazuddin Siddiqui. Chand Nawab
menyadari keadaan yang sebenarnya yang sekaligus mendorong ketertarikannya
untuk mengikuti perjalanan mereka sembari mengambil gambar dan video layaknya
naluri seorang reporter.
Setelah perjalanan panjang nan melelahkan, ketiganya
akhirnya berhasil menemukan keberadaan tempat tinggal Shahida. Shahida akhirnya
kembali ke pelukan sang ibu. Namun tetap saja Pawan tidak dapat lolos dari
tangkapan kepolisian Pakistan. Pawan dan Shahida sempat terpisah dalam pemeriksaan
bus oleh polisi dalam perjalanan menuju desa tempat Shahida tinggal. Pawan
melarikan diri dan Shahida diantar pulang oleh Chand Nawab.
Hubungan Kenegaraan dan
Ketaatan pada Ajaran Agama
Kisah yang dapat saja dianggap sederhana ini, soal
mengantar pulang gadis cilik yang tersesat, dikisahkan dalam kerangka yang
lebih luas lagi, yaitu dampaknya terhadap solidaritas perdamaian dua negara,
India dan Pakistan. Hal ini juga berkat bantuan reporter Chand Nawab, yang
berhasil mengabadikan perjalanan Pawan dan Shahida dalam sebuah liputan
berbentuk video dokumenter yang diunggahnya di situs tempat berbagi video. Video
liputan tersebut mampu menarik rasa simpati Spara penontonnya. Saat identitas
sebenarnya Pawan diketahui dan ia dipersilakan kembali ke negeri asalnya, Chand
Nawab memberi seruan kepada masyarakat untuk mengantarnya di perbatasan. Memastikan
Pawan dapat kembali ke negaranya dengan selamat.
Saya mengira-ngira ada dua hal yang menjadi inti ide
cerita dari penulisan naskah serta proses produksi film Bajrangi Bhaijaan ini.
Pertama soal hubungan kenegaraan India Pakistan, dan kedua soal ketaatan
menjalankan ajaran agama dan kepercayaan. Dua hal ini yang mencuri ketertarikan
saya untuk mendalami lebih jauh film ini dalam konteks yang lebih luas.
Film ditutup dengan menampilkan sisi heroik Pawan yang akhirnya
berhasil melintasi perbatasan dan menginjak tanah negerinya. Sambil
tertatih-tatih memegang tongkat disertai bengkak pada wajahnya hasil proses
interogasi kepolisian Pakistan, keyakinan Pawan yang disertai keberanian dan
ketulusan hati ingin mengantar gadis cilik
Saya mencoba bertanya-tanya, mengapa Pawan tidak mengurus
saja terlebih dahulu surat-surat resmi untuk masuk negara lain. Dengan begitu,
perjalanan Pawan mengantar Shahida akan lebih mengurangi resiko. Namun mungkin
saja cerita dibuat sebagaimana adanya karena fakta hubungan kedua negara yang
belum betul-betul membaik, sehingga cukup sulit mengurus surat-surat resmi
mobilisasi orang diantara keduanya. Setidaknya di tahun-tahun ketika film ini
di produksi. Tentu hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.
Kemudian saya menduga film ini menggambarkan konteks
hubungan India Pakistan dimana masih adanya ketegangan dalam beberapa hal. Hal
ini setidaknya saya temukan dalam upaya pencarian saya tentang berita-berita
mengenai hubungan kedua negara dalam kurun waktu tahun 2010an hingga sekarang.
Dan tepat film ini diproduksi pada tahun 2015. Oleh karenanya, film ditutup
dengan menampilkan adegan pertemuan rakyat dari kedua negara di perbatasan
sebagai simbol solidaritas kemanusiaan.
Simbol
tersebut timbul dari kesadaran rakyat kedua negara yang menginginkan hubungan
baik diantara keduanya. Terlepas dari aspek ekonomi politik yang juga merupakan
sisa dari latar belakang historis yang kerap menjadi penyebab ketegangan
keduanya. Film ini ingin memperkuat kehendak rakyat India dan Pakistan diatas
kepentingan politik diantara elitnya.
Kemudian
soal kedua yaitu gambaran sosok pemuda yang ditampilkan sebagai orang yang
begitu taat menjalankan ajaran agama. Disamping ketidaksempurnaannya dalam
keterbatasan kemampuan intelektual, dianggap bodoh bahkan oleh ayahnya sendiri.
Kebaikan, kejujuran, dan ketulusan hati Pawan bersumber dari ketaatannya pada
ajaran agama. Dimana hal tersebut merupakan bentuk dari sifat-sifat yang
terdapat pada Dewa Hanuman atau Bajrangbali yang dikisahkan pada film.
Sifat
Pawan sejak awal telah dideskripsikan melalui lirik lagu “Selfie Le Re” dalam awalan
film ini. Sosok Pawan dijelaskan dalam terjemahan lirik dalam Bahasa Indonesia “Aku
pria sederhana nan jujur yang tak terikat apapun,” “Takkan ada yang sepertiku
entah itu di bulan atau di China,” “Aku lakukan sesuka hatiku tapi aku tak
pernah sakiti hati siapapun,” “Kubaktikan diriku pada Dewan Hanuman,”.
Kemudian, “Aku tak pernah menipu siapapun, dan
aku tak pernah mencoba berbohong,” “Aku tetap Bahagia dengan duniaku dan
mengejutkan setiap orang yang mengenalku,” “Aku selalu tetap setia pada Dewan
Hanuman,” “Aku berhati besar sebesar kekuatan Dewa Hanuman di tangannya,” “Seperti
kau temukan Dewa Ram dan Dewa Sita di hati Dewa Hanuman,” “Bedahlah dadaku dan
kau akan menemukannya di hatiku juga”.
Film
ini menggambarkan pelaksanaan ajaran agama dapat memberikan dampak sebesar itu
dan tak disangka-sangka sebelumnya. Gambaran adegan ini tentu mendapat respon
positif karena inspiratif bagi tiap penonton. Namun benak saya juga
bertanya-tanya, mengapa sifat tokoh Pawan yang diperankan tersebut disumberkan
pada ajaran agama. Dan film inspiratif yang bersumber pada ajaran agama ini
begitu laku bahkan menunjukkan keberhasilannya ditengah industri film arus
utama yang laku di pasaran dunia.
Saya
menduga rangkaian adegan kebaikan yang bersumber pada ajaran agama dalam film
ini ingin memunculkan nilai-nilai agama ditengah masyarakat modern. Dimana
masyarakat modern lebih mengedepankan rasionalitas dalam realitas kehidupan
yang terkadang terlepas dari unsur keagamaan. Tak dapat disangka, jika film ini
dikatakan sukses, dapat disimpulkan pula kecenderungan masyarakat terhadap
kehidupan religius masih mengakar kuat.
Setidaknya
inti ide cerita dalam film Bajrangi Bhaijaan ini saya simpulkan dari dua
hal tersebut, yaitu hubungan kengaraan India Pakistan dan sifat-sifat kebaikan
yang bersumber pada ajaran agama. Drama film kemudian dikemas dengan unsur
komedi yang menghibur. Kemudian didukung dengan proses produksi yang
berkualitas pada paduan karakter yang diperankan, pengambilan gambar, transisi
kamera, komposisi musik dan lagu, dan sebagainya.
Comments
Post a Comment